Senin, 13 Januari 2014

Harapan Untuk Pemilma UIN



Tahun politik 2014 rupanya tak hanya jadi panggung bagi para calon presiden dan anggota legislatif yang berebut kursi kepemimpinan nasional dan daerah. Di saat yang hampir bersamaan, sejumlah kampus juga memiliki tradisi pesta demokrasinya sendiri. Di UIN Alauddin Makassara sendiri puncak pesta demokrasi direncanakan digelar pada 16 Januari 2014. Namun medan pertarungan dan kampanye sudah dimulai jauh hari.

PEMILMA (Pemilihan Mahasiswa), salah satu hajatan rutin setiap tahunnya yang diadakan kampus UIN Alauddin Makassar untuk memilih satu perwakilan mahasiswa sebagai presiden mahasiswa (presma), pemimpin BEM UIN. Awal tahun 2014 menjadi momen yang istimewa dengan adanya persiapan – persiapan yang dilakukan oleh masing–masing kandidat calon presiden juga berbagai persiapan yang dilakukan oleh Lembaga Penyelenggara Pemila (LPP) untuk menyukseskan Pemilma dan puncaaknya tiba pada 16 januari 2014.
Pada hiruk-pikuk kampanye para calon Presma UIN, pada kasak-kusuk tim sukses, pada perang spanduk, liflet dan baliho di taman dan di tembok Fakultas, apa sebenarnya yang hendak diungkapkan? Mungkin penegasan, mungkin keinginan untuk unjuk kemampuan, mungkin pula hanya sebuah gombalan. Sebab, ini adalah kesempatan langkah yang hanya diadakan sekali dalam setahun. Apa sesungguhnya yang terjadi  dibalik gemuruh politik disekitar suksesi Presma itu? Adakah sebuah struktur di alam bawah-sadar warga “UIN Alauddin Makassar” ini bergerak dan pada urutannya menguasai alam-pikiran dan mobilitas mereka agar memilih calon Presma secara otonom? Adakah pilihan mereka berdasar pada pertimbangan rasional dan visioner dan tidak dibawah tekanan serta “janji” muluk calon tertentu dengan aroma pragmatisme yang demikian kental?
Bagi kita, yang terpenting sesungguhnya tidak semata terletak pada siapa yang bakal terpilih jadi Presma.
Tetapi lebih kepada: gagasan besar apa yang bakal diusung oleh Presma terpilih, berikut gebrakan-gebrakan baru apa yang akan ditawarkan agar kelak relevan dengan gerak evolusioner visi misi UIN Alauddin Makassar. Sebab bagi kita Presma bukan saja sebagai top manager dan top leader yang pandai beretorika dalam menyampaikan pidatonya akan tetapi yang terpenting adalah Presma sebagai wajah dan corong dari paradigm berfikir dominan sebuah Kampus.
Dengan begitu, subtansi sebuah Kampus sesungguhnya tidak terletak pada banyaknya mahasiswanya akan tetapi lebih kepada seberap ajauh kemajuan intelektual dan moralitas mahasiswanya.
Dari tahun ketahun, dari pergantian Presma yang satu ke Presma selanjutnya, UIN Alauddin Makassar belum bisa menunjukkan eksistensinya sebagai kampus yang mampu mengungguli kampus-kampus lainnya utamanya yang ada di Makassar baik dari segi intelektulnya, moraliatsnya, spritualnya dan lain-lain. Oleh karena itu harapan besar tercurahkan kepada Presma terpilih nantinya, apakah  mampu membawa UIN Alauddin Makassar kearah yang lebih baik lagi.
Berkaitan dengan upaya perubahan paradigm inilah, UIN AM kedepan memerlukan sosok Presma yang tidak sekedar memiliki keterampilan managerial yang baik dan kemampuan networking yang tinggih tetapi juga, dan lebih penting lagi, memiliki wawasan akademik yang luas dan paradigm pengembangan kampus yang jelas dan konsisten menekankan pentingnya aspek-aspek yang bersifat mental, intelektuldan spiritual.
Kita berharap tentunya, semoga Pemilma di UIN Alauddin Makassar  ini menjadi lebih baik dan menghasilkan para intelek yang profesional dan mengayomi mahasiswa yang lain. 
Dengan pemilihan tahun ini menjadikan nama baik UIN bukan malah memberi dampak buruk, siapa pun yang terpilih nanti hendaknya menjalankan amanah dan tugas ini dengan ikhlas dan siapa yang kalah hendaknya berjiwa besar, karena kita semua adalah sang pemenang.

This entry was posted in .

1 komentar:

  1. Sangat setuju dengan opini Anda. Kisah ttg Pemilma tahun 2014 di UIN yg sudah digelar menjadi ajang refleksi buat kita sekarang yang tengah menjalani proses di tahun ini.
    Sdh bgus, makipun masih ada sedikit yg belum di edit..

    BalasHapus