Jumat, 25 Januari 2013

Kuliah Hanya Sekedar Gaya Hidup


Melanjutkan pendidikan diperguruan tinggi adalah merupakan cita-cita setiap orang yang baru menyelesaikan pendidikannya di SMA dan sederajat. Merupakan kebanggaan tersendiri buat mereka dengan menyandang status sebagai mahasiswa. Karena menjadi seorang mahasiswa tentunya akan mengangkat derjatnya dan akan dipandang ditengah masyarakat. Tidak hanya mereka yang bangga dengan statusnya sebagai mahasiswa akan tetapi orang tuanya pun juga ikut merasa bangga ketika anaknya menjadi seorang mahasiswa. Ketika orang tuanya ditanya, “anaknya dimana bu?” Ibunya pun menjawab dengan biasa-biasa saja “Baru di SMP atau masih di SMA”, tetapi ketika anaknya beranjak dewasa, ketika ibunya ditanya “anaknya dimana bu? Dengan bangganya sang ibu menjawab “Anak saya kuliah di ....”.
            Itu juga sebenarnya yang saya rasakan dulu, pertama kali menginjakkan kaki dikampus UIN Alauddin Makassar, ada berbagai perasaan yang menyelimuti saya, senang, bangga dan tertantang. Senang karena bisa melanjutkan pendidikan di kampus UIN yang merupakan cita-cita saya waktu masih di MA, apalagi saya masuk di Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik yang notabenenya kata dosen adalah fakultas kaum intelektual. Bangga karena berhasil bersaing dengan ribuan calon mahasiswa yang bermimpi kuliah di universits islam negeri dan akhirnya saya juga lulus. Saya pun tertantang karena menjadi seorang mahasiswa itu bukan hal yang mudah, karena banyak amanah yang harus saya selesaikan, bukan hanya sekedar amanah dari orang tua akan tetapi juga amanah dari Tuhan. Identitas baru pun melekat dalam diri saya yaitu MAHASISWA. 
            Berbagai alasan-alasan atau tujuan yang di kemukakan sehinggah mereka masuk ke perguruan tinggi,  salah satu alasan yang paling mendasar yang terucap dari mulut mereka adalah supaya mudah untuk mendapatkan pekerjaan. Dengan kuliah tentunya akan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan tentunya berbeda dengan mereka yang hanya tamat SD, SMP ataupun SMA. Sehingga prioritas utamanya bukanlah untuk menambah ilmu pengetahuan.
            Pada kenyataannya, itulah yang terjadi pada mahasiswa, tidak hanya sekedar untuk mendapatkan sebuah pekerjaan, jabatan ataupun kedudukan akan tetapi menjadi seorang mahasiswa adalah sebuah gaya hidup. Status sebagai mahasiswa adalah perubahan gaya hidup yang berbeda dengan yang lain, karena menurut mereka menjadi mahasiswa adalah gaya hidup yang dipandang sebagai gaya hidup kelas menengah atau bahkan kelas atas yang mampu mengkomsumsi produk gaya hidup modern. 
            Status mahasiswa sebagai kaum intelektual tidak berlaku lagi pada mereka. Masyarakat tidak memandang lagi mahasiswa sebagai pembela rakyat, pengontrol gerak pemerintah, dan aktivis perubahan (Agen of change). Posisi insan kampus ini mengalami titik kritis sehinggah posisinya semakin tidak jelas. Belum lagi media terutama Televisi menambah citra buruk mahasiswa yang dimana didalamnya mahasiswa seolah-olah menjadi obyek yang menarik untuk dijual. Mereka hadir dalam acara Reality Show, OVJ, EMPAT MATA dan lain-lainnya yang dengan lengkap memakai almamaternya, mereka biasa-biasa saja bahkan justru bangga karena bisa masuk Televisi.
            Dalam kisah sinetron juga misalnya, mahasiswa juga hanya sebagai obyek tontonan dan tertawaan masyarakat yang sama sekali tidak bisa disumbangsikan kepada masyarkat, mengangkat kisah kehidupan mahasiswa yang sibuk dengan urusan cintanya dengan drama yang berlebihan, dimana kampus hanya sebagai tempat pencarian pasangan, menjadi tempat aktivitas “cinta sempit” yang bernama “pacaran”, menonjolkan tampilan fisik, trendi-trendian dan gaul-gaulan. Sehingga apa yang terjadi adalah mahasiswa hanya dipandang sebagai mereka yang hanya mementingkan dan memikirkan dirinya sendiri. disisi lain mereka menangis dan bersedih ketika tidak mendapatkan pasangan, menjadikan kampus sebagai tempat bersenang-senang dan hura-hura, menyediakan waktu yang banyak di Mall, sehingga kampus pun menjadi sebagian dari gaya hidup.
            Apa yang terjadi saat ini pada mahasiswa, sungguh menjadi ironi. Gaya hidup mahasiswa sekarang terprosok kearah prinsip hidup hedonisme yang kalau boleh dibilang, justru menjerumuskan diri mereka pada jurang kapitalisme. Sifat acuh terhadap realitas sosial, pergaulan dan gaya hidup glamour yang mengikuti trend masa kini membuat mahasiswa menjadi apatis.
            Kegiatan yang diadakan oleh mahasiswa di kampus pun sudah jauh dari mencerahkan, kebanyakan kegiatan-kegiatan mereka terutama yang digarap oleh organisasi intra kampus lebih cenderung kepada hedonis, yang sama sekali tidak menuju kepada intelektual. Pentas musik, Pemilihan Putra Putri UIN adalah kegiatan-kegiatan yang hanya menonjolkan gaya hidup semata yang sama sekali tidak mengarah kepada hal-hal yang sifatnnya akademik dan ilmiah. Meskipun ada kegiatannya yang intelektual, seperti halnya seminar atau bedah buku, akan tetapi semua itu tidak mengarah kepada fungsi seminar sebagai tempat untuk tema-tema kritis dan mencerahkan, terutama berguna kepada perubahan sosial. Mereka yang hadir dalam seminar hanya sekedar mengadiri saja dan bahkan tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan sertifikat.          
            Bermacam-macam sekarang aktivitas mahasiswa yang dapat kita jumpai, akan tetapi tidak jelas kemana arahnya. Mereka memang rajing datang ke kampus, mengisih daftar absen, duduk mendengarkan kuliah, tetapi kebanyakan dari mereka hanya duduk saja tanpa mengajukan satu pun pertanyaan.
            Mereka menghabiskan waktunya dengan berkumpul di kantin, atau duduk di tempat-tempat yang indah di kampus. Apa yang mereka bicarakan? Produk barukah? Teman atau pacar barukah? atau film drama cinta korea? Lalu kemudian berapa banyak waktu yang mereka sediakan untuk membaca, menulis dan kajian? Tentu kita masing-masing sudah tahu jawabannya. Sehingga budaya kritispun seakan lenyap dengan seiring berjalannya waktu.
            Inti dari tulisan ini sebanarnya adalah cuma ingin mengingatkan kepada teman-teman. Saya tidak bermaksud untuk menghakimi, karena sebenarnya teman-teman sudah tahu, hanya saja perlu direfleks kembali. Karena sesungguhnya mahasiswa adalah generasi pelanjut yang akan menggantikan mereka yang diatas, menggantikan mereka yang dipemerintahan, menggantikan mereka yang mengajar di kampus sebagai dosen, menggantikan mereka yang di mesjid sebagai imam dan sebagainya. Jikalau saat ini mahasiswa hanya tinggal diam, dan terlenah oleh kesenangan-kesenagan yang ditawarkan oleh kaum kapitalis, dan terbawa arus oleh gaya hidup modern, pastinya mimpi untuk memperbaiki negeri ini hanya sekedar di buah bibir saja, perubahan-perubahan yang diharapkan hanya sekedar hayalan saja, oleh karena itu, mahasiswa seharunya kembali kepada identitas dan fungsinya, budaya-budaya mahasiswa harus dikembalikan karena kemunduran kampus adalah kemunduran kemanusisaan.  
This entry was posted in .

1 komentar:

  1. Top 10 Casinos in North America (MapYRO) - Mapyro
    The casino is part of 안성 출장안마 the Station Casinos collection, and 삼척 출장안마 in fact 서울특별 출장샵 it's the first Native American casino 하남 출장안마 in the country to launch. It was 고양 출장샵 in fact the first Native American

    BalasHapus